Sabtu, 11 Februari 2012

Hakikat Iman Kepada Allah Swt

BAB I. PENDAHULUAN
Iman merupakan sumber kekuatan dalam diri seorang muslim. Seorang itu akan dapat merasakan betapa manisnya iman apabila ia redha Allah sebagai tuhannya,islam sebagai cara hidup dan Muhammad SAW sebagai panutannya. Jika keseluruhannya telah di amalkan dalam perkataan,perbuatan dan hati maka seseorang itu akan merasakan betapa manisnya Iman.[1]
Hilangnya nilai keimanan dalam jiwa seeorang itu apabila ia menyembah selain dari pada Allah.Mereka yang telah binasa imannya sampai kelembah kehancuran adalah mereka yang menjadikan sekutu bagi Allah. Tetapi orang yang berimantetap teguh dengan pendiriannya bahwa yang berhak di sembah adalah Allah semata dan adapun orang –orang yang mengikuti hawa nafsunya mereka akan sesat sejauh-jauhnya dan tidak memperoleh pimpinan Allah,akhirnya mereka akan menjadi umat yang merugi dan menyesal di akhirat kelak.


BAB II. PEMBAHASAN

A.      Pengertian iman kepada Allah

1.       Arti iman kepada Allah
Iman menurut arti bahasa adalah percaya, sedangkan menurut istilah syara yaitu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengerjakan dengan segenap anggota badan[2]. Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt itu ada, Allah Maha Esa[3] . Sebagai perwujudan dari keyakinan itu harus diikuti dengan perbuatan, yakni menjalankan segalah perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Beriman kepada Allah Swt berarti kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah lah Tuhan langit dan bumi, pencipta semua makhluk dan penguasa seluruh alam. Tidak ada sekutu bagiNya, Dia satu-satunya Tuhan pemberi rezki kepada semua makhluk yang hidup dan pengendali segala urusan.
Sebagai perwujudan dari keyakinan akan adanya Allah adalah dengan pengabdian kita kepadaNya. Pengabdian kita kepada Allah adalah pengabdian dalam bentuk peribadatan, kepatuhan, dan ketaatan secara mutlak.[4] Tidak menghambakan diri kepada selain Allah, dan tidak pula mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain. Itulah  keimanan yang sesungguhnya, jika sudah demikian Insya Allah hidup kita akan tenteram. Firman Allah Swt
 (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Apabila hati dan jiwa sudah tenteram, maka seseorang akan berani dan tabah menghadapi liku-liku kehidupan ini, dan segala nikmat selalu disyukurinya. Sebaliknya setiap musibah dan kesusahan selalu diterimanya dengan sabar.
Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah sudah dimiliki manusia sejak ia dilahirkan, bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt sejak ia berada dialam arwah.
Firman Allah Swt
  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",
Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu yang Maha Kuasa. Ia adalah Zat yang mengatur alam semesta ini. Akal sehat tidak akan menerima jika alam semesta yang sangat luas dan teramat rumit ini diatur oleh Zat yang kemampuannya terbatas. Sekalipun manusia sekarang ini sudah dapat menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak akan dapat mengatur alam raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya manusia tidak akan dapat menghentikan  sedetikpun bumi untuk berputar. Jika demikian, siapakah Zat yang Maha Pencipta dan pengatur itu ? Dialah Allah Swt.
2.       Cara beriman kepada Allah Swt
Iman kepada Allah merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah harus tertanam dengan benar pada diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah tidak tertanam dengan benar, maka ketidak benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari kiamat serta qadha dan qadarNya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan.
Dimasyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seseorang yang tidak sesuai dengan ajaran islam, padahal ia mengaku beragama islam. Misalnya datang kemakam para wali atau kyai untuk meminta keselamatan, keberuntungan dan sebagainya. Hal tersebut merupakan penyimpangan beribadah, akibat dari cara-cara yang salah dalam beriman kepada Allah SWT[5].
Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus, ada dua cara beriman kepada Allah, yaitu :
a.       Bersifat ijmali
Cara beriman kepada Allah yang bersifat ijmali maksudnya adalah,bahwa kita mempercayai secara umum atau secara garis besar. Alquran telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah.
b.       Bersifat tafshili
Cara beriman kepada Allah yang bersifat tafshili, maksudnya adalah mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhlukNya. Merupakan anugrah Allah atas diri kita bahwa Ia telah memperkenalkan diriNya melalui ayat-ayat alquran. Ia memperkenalkan diri bahwa Ia memiliki sifat-sifat kesempurnaan yang luhur.

B.    Sifat-sifat wajib bagi Allah                    

                1.Pengertian sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah  sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan bagiNya. Allah adalah Khalik, Zat yang memiliki sifat yang tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-makhlukNya. Maka dengan demikian Zat Allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuk, rupa dan ciri-ciriNya, karena manusia dan apapun yang ada tidak sama dengan Zat Allah. Begitu juga sifat-sifatNya tidak bisa sama dan tidak bisa disamakan dengan makhlukNya.
                2.Dua puluh sifat wajib bagi Allah
Menurut para ulama ,sifat-sifat wajib bagi Allah ada 20 sifat yaitu dapat di kelompokkan menjadi 4 bagian:
a)       Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah .Sifat nafsiyah ada satu yaitu wujud[6].
b)       Sifat Salbiyah
Salbiyah maksudnya menanggalkan ,menolak ataupun meniadakan .Sifat salbiyah adalah sifat yang meniadakan sifat sebaliknya atau menolak sifat-sifat yang tidak layak bagi  Allah SWT.Sifat salbiyah ada lima yaitu :qidam,baqa,mukhalafatu lilhawadits,qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah.
c)       Sifat Ma’ani
Yaitu sifat yang abstrak yang wajib ada pada Allah .Sifat ini ada tujuh yaitu :qudrat,iradat,ilmu,hayat,sama’,bashar,dan kalam
d)       Sifat Ma’nawiyah
Yaitu kelaziman dari sifat ma’ani atau suatu perkara yang tetap bagi zat Allah SWT bersifat dengan sifat ma’ani[7]. Diantara sifat ma;ani dengan sifat ma’nawiyah tidak terpisahkan,sebab setiap ada sifat ma’ani ada sifat ma’nawiyah.Sifat ini ada tujuh yaitu qadiran,muridan,’aliman ,hayyan,sami’an,bashiran dan mutakalliman.
       Adapun uraian dari dua puluh sifat wajib bagi Allah tersebut adalah :
1)       Wujud (وجؤد)
Wujud artinya ada .Maksudnya bahwa adanya Allah bukan karena adanya yang menciptakan tetapi ada dengan sendirinya .Jadi wujud Allah itu wajib.
2)       Qidam( قدام)
Qidam artinya dahulu.Maksudnya bahwa Allah itu dahulu dan tidak di dahului oleh sesuatu.
Jangkauan akal manusia terbatas .Manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan alam semesta ini di ciptakan.Dari bahan apa dan bagaimana proses penciptaannya.Yang pasti bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan nya dan yang menciptakannya itu sudah ada sebelum alam ini ada. Dia Allah Zat yang tidak ada permulaannya.
Jika Allah ada permulaannya berarti ada yang menciptakan –Nya .Jika ada yang menciptakan nya berarti Allah itu Hudust(baharu),sama dengan makhluk yang lain.
3)       Baqa’ ( بقاء)
Baqa’ artinya kekal.Setiap makhluk berproses menuju kepada kehancuran atau kebinasaan.Misalnya tumbuh-tumbuhan dari biji,tumbuh pohon kecil,kemidian menjadi besar dan tua,akhirnya mati,lapuk dan hilang menyatu dengan tanah.Begitu juga manusia dari janin dalam kandungan ,di lahirkan ,menjadi bayi,anak-anak,remaja ,dewasa,tua dan pada waktunya akan meninggal.Hal demikian menjadi sunatullah atau hukum alam.
Jadi semua makhluk berubah-ubah,berproses menuju kepada kehancuran.Sedangkan Allah sebagai pencipta makhluk bersifat kekal. Tidak berubah-ubah.
4)       Mukhalafatu lil hawadits  (مخالفه للحوادث )
Mukhalafatu lil hawadits  artinya berbeda dengan semua makhluk.
Banyak sudah hasil karya yang telah di ciptakan oleh manusia .Mulai dari barang-barang sederhana sampai kepada barang –barang yang rumit atau canggih.Dari perkakas kerja yang sederhana sampai kepda robot yang dapat di programkan dan dapat di perintah untuk mengerjakan sesuatu.Semua hasil karya manusia tersebut tidak satupun yang sama dengan pembuatnya ,yakni manusia.
Dari contoh di atas ,akal sehat kita tentu menyakini bahwa tidak mungkin Allah  Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk ciptaan-Nya,baik zat ataupun sifat-sifat –Nya.
5)       Qiyamuhu binafsihi ( قيامه بنفسه)
Qiyamuhu binafsihi artinya berdiri sendiri.Maksudnya bahwa Allah tidak membutuhkan bantuan apapun dari siapapun.
Makhluk,untuk melangsungkan hidupnya tergantung kepada makhluk lain.Apalagi manusia, makhluk yang paling banyak ketergantungannya agar dapat hidup layak sebagai manusia.
6)       Wahdaniyah ( وحدانيه)
Wahdaniyah artinya Maha Esa. Di dunia ini tidak ada dua Allah ,sebab jika ada dua Allah bisa di bayangkan apa yang akan trjadi jika salah satu dengan yang lainnya berbeda pendapat.Misalnya Allah yang satu sudah menciptakan bahwa bumi ini bulat tetapi yang lain menginginkan bahwa bumi ini segi empat.Tentu akan terjadi malapetaka dahsyat di jagad raya ini.
7)       Qudrat( قد ره)
Qudrat artinya kuasa.Banyak sekali bukti tentang kekuasaan Allah antara lain adanya jagad raya yang terdiri dari berjuta bintang dan planet yang selalu bergerak teratur tanpa terjadi tabrakan. Adanya manusia yang sejak Adam hingga sekarang sudah milyaran jumlahnya ,tetapi tidak ada dua orang manusia pun yang persis sama.
8)       Iradat( اراده)
Iradat artinya berkehendak.Allah wajib bersifat iradat,bebas membentuk kehendak dan kemauan-Nya tanpa ada apa dan siapapun yang dapat memerintah atau melarang Nya.Segala sesuatu yang di ciptakan Allah adalah kehendak-Nya ,bukan karena terpaksa atau tidak  di sengaja.
9)       Ilmu ( علم)
Ilmu artinya mengetahui.Orang yang membuat pasawat terbang tentu memiliki ilmu yang tinggi tentang teknologi pesawat terbang.Orang tersebut tentu telah belejar dal;am waktu yang lama untnk memiliki ilmu atau pengetahuan tersebut . Bagi Allah untuk menciptakan sesuatu tidak perlu belajar, Ia sudah memiliki ilmu yang maha lengkap.Ilmu Allah bersifat menyeluruh , maha luas dan mendalam. Segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak tampak taklepas dari pengetahuan-Nya.
10)   Hayat ) حياه)
Hayat artinya hidup. Hidup Allah tidak sama dengan hidup manusia atau binatang.manusia dan binatang memerlukan jantung yang berdenyut, darah yang mengalir ,tulang ,daging ,urat dan sebagainya untuk hidup.Allah hidup sebagaiman Ia ada tanpa di dahului oleh tidak ada.Ia hidup tanpa berkesudahan.
11)   Sama’( سمع)
Sama’ artinya mendengar.Allah wajib bersifat mendengar.Semua suara baik yang nyaring,samar,bahkan yang tidak terdengar sama sekali oleh manusia pasti di dengar Allah.Allah mendengar tidak memerlukan alat pendengar seperti manusia atau makhluk lainnya.
12)   Bashar ( بصر)
Bashar artinya melihat. Allah melihat segala sesuatu baik yang terbesar ataupun yang terkecil bahkan yang tersembunyi sekali pun. Penglihatan Allah tidak ada batasnya. Teknologi manusia yang paling canggih pun tidak mungkin mengimbangi penglihatan Allah.
13)   Kalam ( كلام)
Kalam artinya berkata-kata atau berfirman. Bahasa merupakan alat perhubungan yang amat penting bagi makhluk.manusia berkata-kata dengan sesamanya untuk menyampaikan maksud atau perasaan tertentu.Semutpun dapat berkata –kata kepada Nabi Sulaiman. Oleh karena itu Allah mutahil tidak dapat berkata-kata, tentu saja cara Allah berekata-kata tidak sama dengan cara manusia berkata-kata.
14)   Qadiran ( قادرا)
Qadiran artinya Allah zat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Bahwa Allah berkuasa trhadap siapapun dan apapun yang ada di jagad raya ini,semuanya ada dalam kekuasaan Allah.
15)   Muridan ( مريدا)
Muridan artinya Allah maha berkehendak atas segala sesuatu. Segala sesuatu  itu bisa terjadi atau tidak terjadi semuanya atas kehendak Allah.
16)   ‘Aliman ( عالما)
‘Aliman artinya Allah maha mengetahui. Bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dan ilmu Allah Maha luas. Bila dibandingkan dengan ilmu manusia maka tidak akan dapat dibandingkan.
17)   Hayyan ( حيا)
Hayyan artinya Allah Maha hidup di mana Allah itu Zat yang tidak pernah mati.Dialah yang hidup kekal selama-lamanya.Semua yang ada di jagad raya akan mati kecuali Allah yang Maha hidup.
18)   Sami’an ( سميعا)
Sami’an artinya Allah Maha mendengar. Allah Maha mendengar apa yang di dengar oleh makhluknya maupun yang tidak mampu di dengar oleh makhluknya , sebab pendengaran Allah tidak ada batas.
19)   Bashiran ( بصيرا)
Bashiran artinya Allah Maha melihat. Allah melihat yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang lahir maupun yang bathin.
20)   Mutakalliman ( متكلما)
Mutakalliman  artinya Allah Maha berbicara. Allah Maha berbicara dengan semua jenis makhluki –Nya.perkataan Allah tidak terbatas pada manusia tetapi pada semua makhluk.
BAB III. PENUTUP
                1.  Kesimpulan
Iman kepada Allah merupakan dasar dari seluruh ajaran islam dan merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman.Karena itu,keimanan harus tertanam dengan benar pada diri seseorang di mana ia menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Nya.
                2.   Saran
Penulis yakin bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan oleh sebab itu penulis meminta kritik dan saran nya yang bersifat membangun sehingga adanya perubahan kedepan.Dan penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca pada umumnya dan bagi diri penulis sendiri pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
   M.Isa salamat “Sifat 20”Darul Nu’man : Kuala Lumpur 2002
   Departemen Agama RI “Akidah Akhlak” Jakarta 1996
 Abu Ahmadi dkk “Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam” Bumi Aksara :     Jakarta 1994
Jamal Syarif Iberani “Mengenal Islam” El-Kahfi :Jakarta 2004
Rahmad Syafe’I “Al-Hadis Akidah dan Akhlak Pustaka Setia : Bandung  2003


[1] M.Isa salamat “Sifat 20”Darul Nu’man : Kuala Lumpur 2002 cet.4 hal.105-106
[2] Departemen Agama RI “Akidah Akhlak” Jakarta 1996 hal 8
[3] Jamal Syarif Iberani “Mengenal Islam” El-Kahfi :Jakarta 2004 hal 26
[4] Rahmad Syafe’I “Al-Hadis Akidah dan Akhlak Pustaka Setia : Bandung  2003  hal 2-4
[5] Ibid hal 6-7
[6] Abu Ahmadi dkk “Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam” Bumi Aksara : Jakarta 1994 cet.2 hal 56-57
[7] M.isa  Salamat Op cit hal 110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar