BAB I. PENDAHULUAN
Iman merupakan sumber
kekuatan dalam diri seorang muslim. Seorang itu akan dapat merasakan betapa
manisnya iman apabila ia redha Allah sebagai tuhannya,islam sebagai cara hidup
dan Muhammad SAW sebagai panutannya. Jika keseluruhannya telah di amalkan dalam
perkataan,perbuatan dan hati maka seseorang itu akan merasakan betapa manisnya
Iman.[1]
Hilangnya nilai keimanan
dalam jiwa seeorang itu apabila ia menyembah selain dari pada Allah.Mereka yang
telah binasa imannya sampai kelembah kehancuran adalah mereka yang menjadikan
sekutu bagi Allah. Tetapi orang yang berimantetap teguh dengan pendiriannya
bahwa yang berhak di sembah adalah Allah semata dan adapun orang –orang yang
mengikuti hawa nafsunya mereka akan sesat sejauh-jauhnya dan tidak memperoleh
pimpinan Allah,akhirnya mereka akan menjadi umat yang merugi dan menyesal di
akhirat kelak.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian iman kepada Allah
1.
Arti iman kepada Allah
Iman menurut arti bahasa adalah percaya, sedangkan menurut istilah syara
yaitu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengerjakan dengan
segenap anggota badan[2].
Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Allah Swt itu ada, Allah Maha Esa[3]
. Sebagai perwujudan dari keyakinan itu harus diikuti dengan perbuatan, yakni
menjalankan segalah perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Beriman kepada Allah Swt berarti kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Allah lah Tuhan langit dan bumi, pencipta semua makhluk dan penguasa seluruh
alam. Tidak ada sekutu bagiNya, Dia satu-satunya Tuhan pemberi rezki kepada
semua makhluk yang hidup dan pengendali segala urusan.
Sebagai perwujudan dari keyakinan akan adanya Allah adalah dengan
pengabdian kita kepadaNya. Pengabdian kita kepada Allah adalah pengabdian dalam
bentuk peribadatan, kepatuhan, dan ketaatan secara mutlak.[4]
Tidak menghambakan diri kepada selain Allah, dan tidak pula mempersekutukanNya
dengan sesuatu yang lain. Itulah
keimanan yang sesungguhnya, jika sudah demikian Insya Allah hidup kita
akan tenteram. Firman Allah Swt
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Apabila hati dan jiwa sudah tenteram, maka seseorang akan berani dan
tabah menghadapi liku-liku kehidupan ini, dan segala nikmat selalu
disyukurinya. Sebaliknya setiap musibah dan kesusahan selalu diterimanya dengan
sabar.
Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah sudah dimiliki manusia sejak ia
dilahirkan, bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt sejak
ia berada dialam arwah.
Firman Allah Swt
Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",
Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu yang Maha
Kuasa. Ia adalah Zat yang mengatur alam semesta ini. Akal sehat tidak akan
menerima jika alam semesta yang sangat luas dan teramat rumit ini diatur oleh
Zat yang kemampuannya terbatas. Sekalipun manusia sekarang ini sudah dapat
menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak akan dapat
mengatur alam raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya manusia tidak akan
dapat menghentikan sedetikpun bumi untuk
berputar. Jika demikian, siapakah Zat yang Maha Pencipta dan pengatur itu ?
Dialah Allah Swt.
2.
Cara beriman kepada Allah Swt
Iman kepada Allah merupakan pokok
dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah
merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah harus
tertanam dengan benar pada diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah tidak
tertanam dengan benar, maka ketidak benaran ini akan berlanjut kepada keimanan
yang lain, seperti iman kepada Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari kiamat
serta qadha dan qadarNya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang
secara keseluruhan.
Dimasyarakat tidak jarang kita jumpai
cara-cara beribadah seseorang yang tidak sesuai dengan ajaran islam, padahal ia
mengaku beragama islam. Misalnya datang kemakam para wali atau kyai untuk
meminta keselamatan, keberuntungan dan sebagainya. Hal tersebut merupakan
penyimpangan beribadah, akibat dari cara-cara yang salah dalam beriman kepada
Allah SWT[5].
Ditinjau dari segi yang umum dan yang
khusus, ada dua cara beriman kepada Allah, yaitu :
a.
Bersifat ijmali
Cara beriman kepada Allah
yang bersifat ijmali maksudnya adalah,bahwa kita mempercayai secara umum atau
secara garis besar. Alquran telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal
Allah.
b.
Bersifat tafshili
Cara beriman kepada Allah yang bersifat tafshili, maksudnya adalah
mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa
Allah Swt memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhlukNya.
Merupakan anugrah Allah atas diri kita bahwa Ia telah memperkenalkan diriNya
melalui ayat-ayat alquran. Ia memperkenalkan diri bahwa Ia memiliki sifat-sifat
kesempurnaan yang luhur.
B. Sifat-sifat wajib bagi Allah
1.Pengertian sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah
sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan bagiNya. Allah
adalah Khalik, Zat yang memiliki sifat yang tidak sama dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh makhluk-makhlukNya. Maka dengan demikian Zat Allah tidak bisa
dibayangkan bagaimana bentuk, rupa dan ciri-ciriNya, karena manusia dan apapun
yang ada tidak sama dengan Zat Allah. Begitu juga sifat-sifatNya tidak bisa
sama dan tidak bisa disamakan dengan makhlukNya.
2.Dua puluh sifat wajib bagi Allah
Menurut para ulama ,sifat-sifat wajib bagi Allah ada 20 sifat yaitu dapat
di kelompokkan menjadi 4 bagian:
a)
Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat
yang berhubungan dengan zat Allah .Sifat nafsiyah ada satu yaitu wujud[6].
b)
Sifat Salbiyah
Salbiyah
maksudnya menanggalkan ,menolak ataupun meniadakan .Sifat salbiyah adalah sifat
yang meniadakan sifat sebaliknya atau menolak sifat-sifat yang tidak layak
bagi Allah SWT.Sifat salbiyah ada lima
yaitu :qidam,baqa,mukhalafatu lilhawadits,qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah.
c)
Sifat Ma’ani
Yaitu sifat
yang abstrak yang wajib ada pada Allah .Sifat ini ada tujuh yaitu
:qudrat,iradat,ilmu,hayat,sama’,bashar,dan kalam
d)
Sifat Ma’nawiyah
Yaitu
kelaziman dari sifat ma’ani atau suatu perkara yang tetap bagi zat Allah SWT
bersifat dengan sifat ma’ani[7].
Diantara sifat ma;ani dengan sifat ma’nawiyah tidak terpisahkan,sebab setiap
ada sifat ma’ani ada sifat ma’nawiyah.Sifat ini ada tujuh yaitu
qadiran,muridan,’aliman ,hayyan,sami’an,bashiran dan mutakalliman.
Adapun uraian dari dua puluh sifat wajib
bagi Allah tersebut adalah :
1)
Wujud (وجؤد)
Wujud artinya
ada .Maksudnya bahwa adanya Allah bukan karena adanya yang menciptakan tetapi
ada dengan sendirinya .Jadi wujud Allah itu wajib.
2)
Qidam( قدام)
Qidam artinya
dahulu.Maksudnya bahwa Allah itu dahulu dan tidak di dahului oleh sesuatu.
Jangkauan akal
manusia terbatas .Manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan alam
semesta ini di ciptakan.Dari bahan apa dan bagaimana proses penciptaannya.Yang
pasti bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan nya dan yang menciptakannya
itu sudah ada sebelum alam ini ada. Dia Allah Zat yang tidak ada permulaannya.
Jika Allah ada
permulaannya berarti ada yang menciptakan –Nya .Jika ada yang menciptakan nya
berarti Allah itu Hudust(baharu),sama dengan makhluk yang lain.
3)
Baqa’ ( بقاء)
Baqa’ artinya
kekal.Setiap makhluk berproses menuju kepada kehancuran atau
kebinasaan.Misalnya tumbuh-tumbuhan dari biji,tumbuh pohon kecil,kemidian
menjadi besar dan tua,akhirnya mati,lapuk dan hilang menyatu dengan
tanah.Begitu juga manusia dari janin dalam kandungan ,di lahirkan ,menjadi
bayi,anak-anak,remaja ,dewasa,tua dan pada waktunya akan meninggal.Hal demikian
menjadi sunatullah atau hukum alam.
Jadi semua
makhluk berubah-ubah,berproses menuju kepada kehancuran.Sedangkan Allah sebagai
pencipta makhluk bersifat kekal. Tidak berubah-ubah.
4)
Mukhalafatu lil hawadits
(مخالفه للحوادث )
Mukhalafatu
lil hawadits artinya berbeda dengan
semua makhluk.
Banyak sudah
hasil karya yang telah di ciptakan oleh manusia .Mulai dari barang-barang
sederhana sampai kepada barang –barang yang rumit atau canggih.Dari perkakas
kerja yang sederhana sampai kepda robot yang dapat di programkan dan dapat di
perintah untuk mengerjakan sesuatu.Semua hasil karya manusia tersebut tidak
satupun yang sama dengan pembuatnya ,yakni manusia.
Dari contoh di
atas ,akal sehat kita tentu menyakini bahwa tidak mungkin Allah Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk
ciptaan-Nya,baik zat ataupun sifat-sifat –Nya.
5)
Qiyamuhu binafsihi ( قيامه بنفسه)
Qiyamuhu
binafsihi artinya berdiri sendiri.Maksudnya bahwa Allah tidak membutuhkan
bantuan apapun dari siapapun.
Makhluk,untuk
melangsungkan hidupnya tergantung kepada makhluk lain.Apalagi manusia, makhluk
yang paling banyak ketergantungannya agar dapat hidup layak sebagai manusia.
6)
Wahdaniyah ( وحدانيه)
Wahdaniyah
artinya Maha Esa. Di dunia ini tidak ada dua Allah ,sebab jika ada dua Allah
bisa di bayangkan apa yang akan trjadi jika salah satu dengan yang lainnya
berbeda pendapat.Misalnya Allah yang satu sudah menciptakan bahwa bumi ini
bulat tetapi yang lain menginginkan bahwa bumi ini segi empat.Tentu akan
terjadi malapetaka dahsyat di jagad raya ini.
7)
Qudrat( قد ره)
Qudrat artinya
kuasa.Banyak sekali bukti tentang kekuasaan Allah antara lain adanya jagad raya
yang terdiri dari berjuta bintang dan planet yang selalu bergerak teratur tanpa
terjadi tabrakan. Adanya manusia yang sejak Adam hingga sekarang sudah milyaran
jumlahnya ,tetapi tidak ada dua orang manusia pun yang persis sama.
8)
Iradat( اراده)
Iradat artinya
berkehendak.Allah wajib bersifat iradat,bebas membentuk kehendak dan
kemauan-Nya tanpa ada apa dan siapapun yang dapat memerintah atau melarang
Nya.Segala sesuatu yang di ciptakan Allah adalah kehendak-Nya ,bukan karena
terpaksa atau tidak di sengaja.
9)
Ilmu ( علم)
Ilmu artinya mengetahui.Orang
yang membuat pasawat terbang tentu memiliki ilmu yang tinggi tentang teknologi
pesawat terbang.Orang tersebut tentu telah belejar dal;am waktu yang lama untnk
memiliki ilmu atau pengetahuan tersebut . Bagi Allah untuk menciptakan sesuatu
tidak perlu belajar, Ia sudah memiliki ilmu yang maha lengkap.Ilmu Allah
bersifat menyeluruh , maha luas dan mendalam. Segala sesuatu baik yang tampak
maupun yang tidak tampak taklepas dari pengetahuan-Nya.
10) Hayat ) حياه)
Hayat artinya
hidup. Hidup Allah tidak sama dengan hidup manusia atau binatang.manusia dan
binatang memerlukan jantung yang berdenyut, darah yang mengalir ,tulang ,daging
,urat dan sebagainya untuk hidup.Allah hidup sebagaiman Ia ada tanpa di dahului
oleh tidak ada.Ia hidup tanpa berkesudahan.
11) Sama’( سمع)
Sama’ artinya
mendengar.Allah wajib bersifat mendengar.Semua suara baik yang
nyaring,samar,bahkan yang tidak terdengar sama sekali oleh manusia pasti di
dengar Allah.Allah mendengar tidak memerlukan alat pendengar seperti manusia
atau makhluk lainnya.
12) Bashar ( بصر)
Bashar artinya
melihat. Allah melihat segala sesuatu baik yang terbesar ataupun yang terkecil
bahkan yang tersembunyi sekali pun. Penglihatan Allah tidak ada batasnya.
Teknologi manusia yang paling canggih pun tidak mungkin mengimbangi penglihatan
Allah.
13) Kalam ( كلام)
Kalam artinya
berkata-kata atau berfirman. Bahasa merupakan alat perhubungan yang amat
penting bagi makhluk.manusia berkata-kata dengan sesamanya untuk menyampaikan
maksud atau perasaan tertentu.Semutpun dapat berkata –kata kepada Nabi
Sulaiman. Oleh karena itu Allah mutahil tidak dapat berkata-kata, tentu saja
cara Allah berekata-kata tidak sama dengan cara manusia berkata-kata.
14) Qadiran ( قادرا)
Qadiran
artinya Allah zat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Bahwa Allah berkuasa
trhadap siapapun dan apapun yang ada di jagad raya ini,semuanya ada dalam
kekuasaan Allah.
15) Muridan ( مريدا)
Muridan
artinya Allah maha berkehendak atas segala sesuatu. Segala sesuatu itu bisa terjadi atau tidak terjadi semuanya
atas kehendak Allah.
16) ‘Aliman ( عالما)
‘Aliman
artinya Allah maha mengetahui. Bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dan ilmu
Allah Maha luas. Bila dibandingkan dengan ilmu manusia maka tidak akan dapat
dibandingkan.
17) Hayyan ( حيا)
Hayyan artinya
Allah Maha hidup di mana Allah itu Zat yang tidak pernah mati.Dialah yang hidup
kekal selama-lamanya.Semua yang ada di jagad raya akan mati kecuali Allah yang
Maha hidup.
18) Sami’an ( سميعا)
Sami’an
artinya Allah Maha mendengar. Allah Maha mendengar apa yang di dengar oleh
makhluknya maupun yang tidak mampu di dengar oleh makhluknya , sebab
pendengaran Allah tidak ada batas.
19) Bashiran ( بصيرا)
Bashiran
artinya Allah Maha melihat. Allah melihat yang tampak maupun yang tersembunyi,
baik yang lahir maupun yang bathin.
20) Mutakalliman ( متكلما)
Mutakalliman artinya Allah Maha berbicara. Allah Maha
berbicara dengan semua jenis makhluki –Nya.perkataan Allah tidak terbatas pada
manusia tetapi pada semua makhluk.
BAB III. PENUTUP
1. Kesimpulan
Iman kepada Allah merupakan dasar dari seluruh ajaran islam dan merupakan
pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman.Karena itu,keimanan
harus tertanam dengan benar pada diri seseorang di mana ia menjalankan segala
perintah Allah dan menjauhi larangan Nya.
2. Saran
Penulis yakin bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan
kekurangan oleh sebab itu penulis meminta kritik dan saran nya yang bersifat
membangun sehingga adanya perubahan kedepan.Dan penulis berharap semoga makalah
ini berguna bagi para pembaca pada umumnya dan bagi diri penulis sendiri pada
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
M.Isa salamat “Sifat 20”Darul Nu’man : Kuala Lumpur 2002
Departemen Agama RI “Akidah Akhlak” Jakarta 1996
Abu Ahmadi dkk “Dasar-Dasar Pendidikan
Agama Islam” Bumi Aksara : Jakarta
1994
Jamal Syarif Iberani “Mengenal
Islam” El-Kahfi :Jakarta 2004
Rahmad Syafe’I “Al-Hadis
Akidah dan Akhlak Pustaka Setia : Bandung
2003
[1] M.Isa salamat “Sifat 20”Darul Nu’man : Kuala Lumpur 2002
cet.4 hal.105-106
[2] Departemen Agama RI “Akidah Akhlak” Jakarta 1996 hal 8
[3] Jamal Syarif Iberani “Mengenal Islam” El-Kahfi :Jakarta 2004
hal 26
[4] Rahmad Syafe’I “Al-Hadis Akidah dan Akhlak Pustaka Setia :
Bandung 2003 hal 2-4
[5] Ibid hal 6-7
[6] Abu Ahmadi dkk “Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam” Bumi
Aksara : Jakarta
1994 cet.2 hal 56-57
[7] M.isa Salamat Op cit hal
110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar