Sabtu, 11 Februari 2012

Perkembangan Emosi Manusia

          
    1Pengertian Emosi

Emosi yang berasal dari bahasa latin Movere, berarti menggerakan atau bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan rasa sedih. Semua gejala emosi seperti amarah, rasa takut, rasa gembira, senang, penuh harap, termasuk konflik, stres, cemas frustasi dan sebagainya mempengaruhi perubahan fisik seseorang (Setyobroto S, 2004;125). Hal serupa juga di ungkapkan oleh Crow & Crow  (dalam Fatimah E, 2006;104) emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan fisik.
Mashar (2011;16) emosi dapat diartikan suatu kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu atau pola aktifitas motor. Unit-unit emosi dapat dibedakan berdasarkan tingkatan kompleksitas yang terbentuk berupa perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, komponen ekspresi wajah individu dan suatu keadaan sebagai penggerak tertentu.
Lazarus menyatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang komplek pada diri organisme meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar-kelenjar dan kondisi mental seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku. Sementara Goleman menjelaskan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran dimana pikiran khasnya merupakan keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Syamsudin dimana emosi merupakan suatu suasana yang komplek dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi terkait dengan perubahan intrapersonal dan interpersonal. Dimana intrapersonal berhubungan dengan mengelola diri secara pribadi, seperti analisa diri dan refleksi. Sedangkan interpersonal berhungan dengan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan oranglain, memelihara dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Fatimah (2006;105) menambahkan bahwa pada saat emosi sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorang seperti ;
a.       Reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b.       Peredaran darah bertambah cepat bila marah
c.        Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d.       Bernapas panjang bila kecewa
e.        Pupil mata membesar bila marah
f.        Air liur mongering bila takut/tegang
g.        Bulu roma berdiri kalau takut
h.       Otot menjadi tegang atau bergetar (tremor)
i.         Komposisi darah berubah dan kelenjar lebih aktif.
Dari beberapa pernyataan diatas jelaslah bahwa gangguan emosi dapat mempengaruhi psikis manusia dan juga dapat mempengaruhi fisik seseorang. Gangguan emosi jelas akan mempengaruhi stabilitas emosional atau Emotional stability dan emotional stability akan mempengaruhi stabilitas psikis seseorang, sehingga yang bersangkutan tidak dapat berpikir dengan baik, tidak dapat berkonsentrasi, koordinasi gerak kacau dsb. (Etyobroto S, 2004;125) 
2.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Emosi
Perkembangan emosi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan meskipun seorang anak memiliki kemampuan intelektual/kognitif yang baik, tetapi perkembangan emosionalnya tidak baik, anak tersebut akan mengalami hambatan dalan pergaulan dan kehidupannya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak dapat berasal dari dalam diri individu, konflik-konflik dalam proses perkembangan, dan sebab yang bersumber dari lingkungan. Harloc dan Lazarus (dalam Mashar,2011:34) menyatakan bahwa perkembangan emosi pada anak dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu proses maturation atau kematangan dan faktor belajar. Teori maturation meyakini bahwa perkembangan emosi setiap anak pada dasarnya berbeda-beda, setiap anak akan mengembangkan potensi mereka apabila mereka ditempatkan didalam suatu lingkungan yang tidak optimal dan perkembangan menjadi lambat atau bahkan tertinggal apbil lingkungan tidak sesuai (Nurani Y, 2011;57)
Pentingnya faktor kematangan pada masa kanak-kanak terkait dengan masa kritis perkembangan (Critical Period), yaitu saat-saat ketika anak siap menerima sesuatu dari luar. Contohnya dalam perkembangan emosi, pengendalian pola reaksi emosi yang dinginkan perlu diberikan kepada anak guna menggantikan pola emosi yang tidak diinginkan dipelajari dan membaur dalam pola emosi anak, akan semakin sulit mengubahnya dengan pertambahan usia yang dialami anak. Bahkan reaksi ini bisa tertanam hingga masa dewasa dan membutuhkan bantuan ahli untuk mengubahya. Namun Hurlock lebih menekankan pemtingnya pengaruh belajar. Belajar untuk perkembangan emosi anak karena dengan belajar merupakan yang dapat di kendalikan.
Menurut Piaget faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu ;
1.       Faktor Kematangan atau Maturation
2.       pengaruh yang datang dari pengalaman  dan transmisi sosial
3.       aktivitas sosial anak yang berguna dalam belajar menyesuaikan diri (adaptasi), asimilasi dan akomodasi.
Sedangkan Maslow menekankan Empay hal yang merupakan faktor perkembangan emosi anak yaitu :
1.       manusia memiliki struktur psikologi yang beranalogi dengan struktur fisik, yaitu kebutuhan (Needs), kapasitas (Capacities), dan kecendrungann (Tendencies) yang didasari pada keadaan genetis
2.       perkembangan yang sehat dan yang diharapkan selalu melibatkan aktualisasi dari karakteristik tersebut atau dapat disebut pemenuhan potensi manusia
3.       keadaan patologis manusia secara umum berasal dari penyangkalan (Denial), frustasi (Frustation) atau memutar (Twisting). Keadaan manusia yang baik adalah aktualisasi diri.
4.       manusia mempunyai keinginan dan kemauan aktif untuk mencapai kesehatan mental aktualisasi diri.
Kostleng dan Whiren (dalam Mashar) mengemukakan bahwa selama masa kanak-kanak terdapat beberapa peluang waktu yang berubah secara signifikan dalam perkembangan anak. Perubahan ini mengacu pada interaksi yang kompleks antara struktur tubuh internal anak dan otak. Pengalaman secara fisik dengan lingkungan sosial. Lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan emosi, terutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak. Goleman menyatakan bahwa tingkahlaku seseorang ditentukan oleh lingkungan apa yang dialami dan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari lebih menentukan tingkahlaku dan pola tanggapan emosi. Jika seorang anak mendapat latihan-latihan emosi yang tepat, maka kecerdasan emosinya akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan emosi dipengaruhi oleh faktor kematangan atau mansturation dan belajar. Faktor kematangan berpengaruh terhadap respons individu dalam menyikapi berbagai keadaan yang dihadapi, baik dari dalam diri maupun konflik-konflik dalam proses perkembangan yang terjadi. Faktor belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada disekitar anak.
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dan meninmbulkan emosi terarah pada suatu objek. Demikian pula kemampuan mengingan dan menghapal mempengaruhi kemampuan emosional. Dengan demikian, remaja menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. (Fatimah, 2006;109).
             3.   Tahapan Perkembangan Emosi
Emosi seringkali dikaitkan sebagai dampak dari apa yang dirasakan, diantara kebutuhan dengan apa yang didapatkan seringkali menimbulkan emosi dan amarah. Menurut Freud  komponen emosi dalam diri manusia adalah Id, Ego, dan Superego. Id merupakan dorongan kebutuhan dari dalam diri manusiabaik itu kebutuhan emosional, fisik maupun kebutuhan seksual yang sifatnya selalu ingin dipuaskan dan biasanya berhubungan dengan kesenangan yang harus dipenuhi dan sesegera mungkin. Ego adalah sang rasional manusianya itu sendiri, yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, memiliki ide-ide untuk memenuhi kebutuhannya, memiliki prinsip-prinsipyang berdasarkan kenyataan. Superego adalah norma-normayang berlak, moral, aturan-aturan yang berlaku yang memiliki penjelasan benar dan salah (Yamin M & Jamilah S. Sanan, 2010;11)
Freud pada teori Psikoanalisa membagi tahapan perkembangan kehidupan menjadi Lima, yaitu masa oral, masa anal, masa phalic, masa latency dan masa genital.
a.       Fase Oral (0 – 1 Tahun)
Adalah masa dimana kepuasan baik fisik dan emosional berfokus pada daerah sekitar mulut. Kebutuhan akan makanan adalah kebutuhan yang paling penting untuk faktor fisik dan emosional yang sifatnya harus segera dipuaskan. Pada masa ini Id dan pemenuhan sesegera mungkin berperan sangat dominan
b.       Fase Anal (1 – 3 Tahun)
Adalah masa dimana sensasi dari kesenanganberpusat pada daerah sekitar anus. Disegala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Pada masa ini anak mulai dikenalkan dengan toilet traininng yaitu anak mulai diperkenalkan tentang rasa ingin buang air besar atau kecil.
c.        Fase Phalic (3 – 6 Tahun)
Masa ini sangat penting untuk perkembangan identifikasi jenis kelamin pada anak, bagaimana seharusnya anak laki-laki atau anak perempuan bersikap, berpakaian dan berperan. Jika masa ini lingkungan tidak mendukung anak  untuk mengidentifikasi dirinya dengan baik maka anak akan mengalami bias (ketidak jelasan) dalam mengidentifikasi dirinya sebagai seorang laki-laki atau perempuan.
d.       Fase Latency (7 – 10 Tahun)
Pada masa ini anak sudah dapat mengidentifikasi diriny dengan baik sebagai seorang laki-laki atau perempuan. Biasanya anak akan bermain dan melakukan kegiatan sesama anak laki-laki begitu juga dengan anak perempuan
e.        Fase Genital
Adalah masa mulai ada ketertarikan pada lawan jenis, mulai menjalin hubungan dengan teman yang memiliki jenis kelamin yang berbeda. Belajar menyayangi, mencintai, butuh akan kasih sayang dan dicintai teman lawan jenis.
Adapun Yusuf membagi tahapan perkembangan emosi anak menjadi lima fase yaitu :
a.       Fase Bayi (0 -2 Tahun)
Masa Bayi 0-2 tahun terbagi menjadi tiga kategori ;
1.       Usia 0-8 Minggu
Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi. emosi anak sangat bertalian dengan indrawi (fisik), dengan kualitas perasaan; senang dan tidak senang, hangat dan nyaman, serta menangis karena lapar, haus, kedinginan atau sakit.
2.       Usia 8 minggu – 1 Tahun
Pada masa ini perasaan psikis sudah mulai berkembang anak merasa senang atau tersenyum bila melihat mainan yang tergantung didepan matanya. Tidak merasa senang (menangis) terhadap benda asing atau orang asing. Pada masa ini perasaan anak mengalami diferensiasi (penguraian) yaitu dari perasaan jasmaniah menjadi tidak senang, marah, takut, jengekel dan terkejut.
3.       Usia 1-3 Tahun
Pada masa ini perasaan emosi anak sudah mulai terarah pada sesuatu (orang, benda atau mahluk hidup). Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia dua tahun, maka anak dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan bahasa dan emosi. Pada fase ini anak bersifat labil (mudah berubah) dan mudah tersulut (mudah terpengaruhi tapi tidak lama).
b.       Fase Prasekolah (4 – 6 Tahun)
Pada usia ini anak mulai menyadari dirinya, bahwa dirinya berbeda dengan bukan dirinya (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman, bahwa tidak seiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Anak menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginannya orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersama dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras atau kurang menyayangi maka diri anak akan muncul sikap keras kepala/menentang menyerah jadi penurut yang diliputi rasa percaya diri kurang dengan sifat pemalu.
c.        Fase Anak Sekolah (Sekolah Dasar 6 – 12 Tahun)
Masa remaja adalah masa puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada remaja awal, perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif atau temprtamental (mudah tersinggung/ marah, atau mudah murung/sedih).
d.        Fase Dewasa
Fase ini dimana seseorang harus mampu mengenali perasaan yang ada pada dirinya, dan tahu bagaimana harus dilampiaskan.
Dari berbagai uraian tentang pola dan variasi perkembangan emosi pada anak dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi pada masing-masing anak berbeda-beda tergantung padsa faktor yang mempengaruhinya, beberapa faktor yang mempengarunya biasanya keadaan fisik, reaksi sosial terhadap perilaku emosional, kondisi lingkungan, jumlah anggota keluarga, cara mendidik anak, status sosial ekonomi keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

        Enung, Fatimah. 2006. Psikologi (Perkembangan Peserta Didik). Pustaka Setya; Bandung
        Jamaris, Martini. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. Yayasan Penamas Murni; Jakarta
        Marini, Yamin dan Jamilah Sabri Saham. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).  Gaung Persada; Jakarta
        Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya. Kencana Prenada Media Group; Jakarta
        Hildayani, Rini. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Universitas Terbuka; Jakarta
        Sudibyo, Setyobroto. 2004. Psikologi Suatu Pengantar. Solo Percetakan; Jakarta
       Yuliani, Nuraini Sujiono. 2011. Konsep Dasar Anak Usia Dini. INDEK; Jakarta
       http://Hambatan-perkembangan-emosi..........12 Desember 2011;13.00 WIB
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar